Cara Paling Nyaman Begadang Ala Saya


Sumber Gambar: gayahidup.dreamers.id

Dari judul yang tertulis, jelas sudah kalau postingan ini bakal bernada curhat level dewa. Penting nggak penting, sih, tapi rasa-rasanya perlu saja untuk ditulis.

Siapa yang nggak kenal begadang, khususnya yang hobi nulis? Kiranya semua pernah, ya? Apalagi buat fans setia Bang Haji Rhoma dengan hitsnya "Begadang jangan begadang... Kalau tiada duitnya....ups." Eh, atau malah sering? Pengalaman pribadi, nih: begadang memang menjadi rutinitas sehari-hari ketika punya target pengin nulis sesuatu; ntah itu karena kepentok DL, entah itu karena hanya punya waktu di malam hari, entah itu karena hanya bisa memunculkan ide di malam hari, atau karena sekedar memanfaatkan kuota malam buat cari referensi. Pokoknya, begadang seolah-olah menjadi agenda yang tak bisa dihindari.

Kalau sudah begitu (tidak bisa dihindari), saya justru mengagendakan atau menjadwalkan secara khusus jam begadang saya sekalian. Tujuannya agar: pertama, saya punya persiapan diri terutama persiapan fisik (itu sangat penting); kedua, dalam begadang ada batasan waktu—pukul berapa dimulai dan pukul berapa harus diakhiri—sehingga tidak mengganggu atau minimal tidak menyita banyak jam istirahat. Intinya adalah BEGADANG YANG TERENCANA. Nggak apa-apa, kan, ya? Toh, segala sesuatu itu memang harus punya planning. Anggap saja kita sedang bisnis dengan waktu kita sendiri. Nah, bukankah dalam bisnis pun harus ada business plan, kan? Uhuk….

Pernah nggak, sih, mengalami yang namanya ngedrop seharian setelah begadang?

Saya pernah banget. Dulu, jaman masih getol-getolnya nulis novel dan lagi banyak-banyaknya ide, begadang seolah menjadi kebutuhan. Padahal, pada akhirnya naskah itu terbengkalai karena setelah dikirim ke mana-mana ya ditolak penerbit (duh, curhatnya ngenes). Begitulah, perjuangan memang tak semuanya berakhir manis, ya, sodara-sodara. Tapi tak mengapa, saya ikhlaskan sebagai bentuk ikhtiar. Namanya juga manusia, kan, ya, kewajibannya hanya ikhtiar, sementara keberhasilah hanyalah bonus bukan kewajiban. Uhuk….

Kembali lagi ke ke topik. Jadi, begadang itu memang potensial sekali bikin badan drop. Mungkin intensitas dropnya beda-beda bagi tiap orang: bisa tergantung usia, bisa tergantung daya tahan tubuh (dan atau memiliki riwayat penyakit tertentu). Pengalaman pribadi, sih, sejak usia mulai dekat dengan angka 30an badan ini begitu mudah drop setiap kali begadang. Beda banget dengan dulu waktu masih sekolah yang kalau malam nonton Liga Italia (Seri A) paginya tetep semangat berangkat sekolah (apalagi kalo tim idola menang) atau jaman kuliah yang malamnya begadang bikin contekan sampai pagi lalu tidur dua jam, lalu bangun cuci muka langsung berangkat ujian dan tetep fi­ne-fine aja. Kalau sudah berkepala tiga begini mana bisa begitu; apalagi perempuan, sudah beranak pula. Uhuk….

Pokoknya, sekarang-sekarang ini kerasa banget ngedropnya ketika begadang. Kerasanya kapan? Bisa paginya. Bisa sore setelah semalam sebelumnya begadang. Yang terasa, kalau saya badan remuk redam/lemas, kadang agak demam (istilah Jawanya ‘greges’), dan migrain.

Sejak menyadari ada yang tidak beres tiap kali selesai begadang, saya mulai kroscek apakah yang saya rasakan demikian itu memang benar disebabkan karena begadang? Saya browsing-browsing memang ada kemiripan dengan beberapa keluahan yang saya baca pada beberapa web bertopik kesehatan yang di sana juga membuka forum konsultasi kesehatan. Hahay, dan saya memang tidak sendiri. Sejak itu pula saya mulai sedikit berhati-hati untuk begadang, selain menjaga diri demi kebaikan semesta, tentu saja untuk menguragi sedikit keluhan rasa nggak nyaman. Logikanya, mana ada orang yang seneng memelihara rasa tak nyaman, kan?

Caranya gimana?

Pertama, mulai mengatur jadwal begadang. Ini sangat penting. Apabila tidak untuk keperluan yang penting-penting banget, saya mulai megurangi yang namanya begadang. Mengatur jadwal di sini bukan berarti saklek seminggu sekali atau tiga atau empat kali kayak minum obat gitu, ya? Bukan. Mengatur jadwal maksudnya, kalau ada keperluan segera dijadwalkan berapa jam harus begadang, lalu musti dimulai jam berapa dan diakhiri jam berapa. Lumayan kalau terjadwal dan terencana seperti ini. Waktu jadi lebih berharga dan nggak terbuang sia. Beda banget kalau tidak terencana begini, niat mau nulis 4 halaman bisa-bisa hanya dapat satu paragraf sebab waktunya terbuang untuk ngintip temlen. Nah….   

Kedua, melakukan persiapan begadang. Setelah melakukan langkah pertama membuat jadwal begadang, ada dua persiapan penting yang bisa dilakukan, kalau versi saya. Pertama, makan bergisi dan mengenyangkan. Boleh dengan menambahkan jumlah porsi makan malam seperti biasanya lalu ditambah dengan minum susu. Nggak usah takut gemuk, sebab setelah itu juga bakal dibakar lagi energinya buat begadang, yekan? Setelah makan kenyang tidur dulu satu atau dua jam dimulai dari jam-jam tidur seperti biasanya. Setelah bangun, karena saya muslim saya berusaha untuk sholat tahajud dulu meski baru pukul 10 malam. Selain biar melek sempurna ketika kena air wudhu, setelah sholat tahajud saya bisa berdoa supaya diberi kelancaran menulis dan menggali ide-ide, hmmm. Boleh dicontek, lo, monggo, hehehe. Btw, dan yang lebih penting lagi, saya mulai menargetkan maksimal begadang hanya tiga jam. Andai nanggung karena masih ingin menyelesaikan sesuatu, ya, itu saya anggap khilaf. Yang ini jangan ditiru. Pokoknya, alangkah lebih baik begadang itu nggak lebih dari tiga jam.

Ketiga, pemulihan fisik setelah begadang. Seperti yang telah saya singgung paling atas, bahwasanya begadang itu potensial sekali membuat badan jadi drop. Nah, kalau badan mulai sering drop karena begadang berarti perlu penanganan agar masalah tidak menjadi lebih serius. Sebab yang berkaitan dengan kesehatan tentu sangat penting, yekan? Saya pribadi memiliki tips yang (mungkin tidak terlalu) jitu untuk mengatasi masalah drop pasca begadang. Dan tips ini boleh sekali ditiru apabila merasa perlu membuktikan atau memang butuh mencoba-coba (siapa tahu cocok) karena sudah kuwalahan dengan kondisi serupa. Dulu, saya menemukan cara ini juga dengan hasil coba-coba dan tak sengaja ternyata cocok.

Apa saja, nih, tips mengatasi drop pasca begadang?

Pertama, jam berapa pun selesai begadang hendaknya tidur dulu sebelum akhirnya beraktivitas sehari-hari seperti biasanya. Entah itu selesai begadang pukul 01.00, pukul 03.00, atau pukul 05.00 hendaknya kasih jeda buat memejamkan mata barang sebentar. Ini terutama buat yang butuh segera mandi pagi dan beraktivitas di luar. Kenapa? Menurut pengalaman sehabis begadang sampai pagi lalu langsung mandi dan beraktivitas pasti jatuhnya kepala jadi pusing. Ini pengalaman saya dan dikuatkan oleh pengalaman teman-teman saya yang lain. Sejak lama saya tahu itu dan saya coba untuk tidak begadang sampai pagi, sih. Selain memang nggak enak di badan, saya menghormati waktu yang lain untuk menemani saya mengerjakan tugas (misalnya). Nggak ada keharusan segala sesuatu kudu selesai semalaman suntuk juga, yekan? Pasti masih bisa dikompromikan untuk diselesaikan kemudian, eheheh.

Kedua, jika mengharuskan segera mandi sebelum beraktivitas sehari-hari, saya menggunakan air hangat. Seperti yang saya utarakan di atas, biasanya habis begadang entah kenapa suhu tubuh sedikit meningkat atau semacam demam walau tidak panas-panas banget yang kalau istilah jawanya ‘greges’. Ini sangat tidak bagus kalau langsung mandi air dingin. Pengalaman pribadi, dengan mandi air hangat saat seperti ini kondisi badan jauh lebih baik daripada jika mandi dengan air dingin. Entah ada alasan medisnya atau nggak saya belum tahu. Ini hanya berdasar pengalaman.

Ketiga, makan makanan bergizi.

Keempat, minum minuman pemulih stamina tradisional ala saya, yaitu variasi racikan jeniper (jeruk nipis peras) atau bisa juga diganti dengan jeruk lemon. Variasi jeniper itu maksudnya jeniper yang dipadukan dengan beberapa bahan. Bisa jeniper plus madu dan air hangat. Bisa jeniper dengan teh hangat. Bisa jeniper dengan madu dan air rebusan jahe.  

Yang butuh resep nih, ya, boleh dicontek. Tapi saya kira pembaca juga bisa gunakan racikan sendiri sesuai selera. Masalah takaran belum ada standar bakunya a.k.a suka-suka, yang penting bahan utamanya.

Sumber Gambar: merdeka.com

1. Varian Jeniper + madu

Satu butir jeruk nipis diperas (hilangkan bijinya). Tuang satu gelas belimbing air panas. Tambahkan dua sendok makan madu. Aduk dan biarkan dingin/hangat sebelum diminum. Oh, ya, jika punya lemon kuning yang agak mahalan itu juga bisa dipakai, yess. Cukup dua irisan tipis untuk tiap gelasnya. Bedanya, kalau pakai lemon, ya, nggak perlu diperas airnya. Rendam aja irisan tipis itu dalam air panas dan madu, lalu minum setelah dingin. Prinsipnya seperti membuat infuse water. Kalau pakai lemon celup ini rasanya akan sedikit pahit/getir. Tapi buat saya tetap enak-enak saja, sih.

2. Varian Jeniper + teh hangat

Ini racikan paling simpel kalau menurut saya. Bahan mudah di dapat. Cukup bikin segelas teh panas, lalu beri perasan air jeruk nipis dari satu butir jeruk nipis. Kalau saya masih ditambah dengan satu/dua sendok teh gula pasir agar tidak terlalu asam. Masih sama, ya, jeruk nipis bisa diganti dengan lemon.

3. Varian Jeniper + madu + air rebusan jahe

Rebus tiga ruas jari jahe yang telah dikupas dan diiris tipis atau digeprek dengan satu setengah gelas air. Rebus sampai air susut menjadi satu gelas. Saring air rebusan ke dalam gelas. Masukkan dua sendok makan madu dan air perasan sebutir jeruk nipis. Biarkan dingin atau hangat sebelum diminum. Masih sama lagi, ya, jeruk nipis bisa diganti dengan lemon.
Sumber Gambar: stikesindramayu.ac.id

Kelima, jika racikan pada langkah keempat tadi diminum pada pagi hari, maka tahapan penyempurna untuk memulihkan kondisi drop pasca begadang adalah dengan minum segelas susu pada sore hari atau malam harinya. Paling baik sih minum susu sapi murni (bagi yang gak punya alergi). Tapi kadang susah mendapatkan itu. Kalau saya minumnya bearbrand yang bisa didapat di toko kelontong sebelah. Selain ada yang sudah dikasih essense, minum bearbrand nggak bikin diare. Enak diminum dingin pula. Oh, ini bukan iklan, ya. Lagi-lagi hanya berdasar pengalaman yang saya miliki.

Oke, itulah beberapa tips sederhana saya buat mengatasi badan yang ngedrop setelah begadang semalam (halah). Bukan tips yang muluk-muluk, sih, sebab belum melalui tahap penelitian secara ilmiah. Yah, maklumlah penulis menulis ini hanya sekedar curhat, aslinya. Itung-itung ngelemesin tangan biar nggak kaku dan siapa tahu juga bermanfaat buat pembaca. Kesemuanya saya anggap sebagai cara paling nyaman buat begadang. Uhuk...

Trims sudah baca…(emot ketjup)      

Komentar

  1. Hahaha, lucu informatif, Kak. Saya juga sebiza mungkin gak begadang tapi ya gimana anak dua... Mau gak mau begadang juga...

    BalasHapus
    Balasan
    1. samaan sebetulnya. dan, seringnya begadang yang gak produktif. sedih. hehehe

      Hapus
  2. Sekarang cuma tidur 3 jam doank. Sedih kadang2. Anak dua sih. Smoga bs menerapkan tips2nya nih. Makasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. musti ekstra jaga kesehatan itu, Mbak. saya kalo cuma tidur 3 jam tetep merasa kurang. hahahaha

      Hapus
  3. semenjak punya anak, kayaknya begadang itu udah akrab banget sama saya hehehe, apalagi pas anak ssakit, bisa merem 1 jam aja bersyukur..krn kudu terjaga terus, skrg jadi kyk kebiasaan gitu, denger anak nangis dikit, otomatis bangun, jam berapapun,ditambah waktu buat nulis2 blog itu jg bisanya pas mereka tidur, siang meski laptop nganggur susah saya ngetik2..krn ada tim hore yang minta diperhatiin terus, saya biasa bayar waktu istirahat di siang hari, anak tidur siang ikutan tidur..terserah rumah kayak kapal pecah juga:V

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG: Kesetiaan Kura-Kura

Membuat Ilustrasi Sederhana dengan Coreldraw X5 (Part 2)

DONGENG: Bermain Futsal